Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan masyarakat di Kabupaten Jepara, setiap tanggal 8 Syawal baik masyarakat maupun Pemerintah Daerah menggelar hajatan Syawalan. Pada tahun ini, bertepatan dengan hari Minggu tanggal 26 Agustus 2012. Sehingga menjadi meriah dan ramai sekali, karena oleh masyarakat setempat diistilahkan juga dengan lebaran kedua, lebaran pertama pada tanggal 1 Syawalnya.
1. Pesta Lomban
Pesta Lomban adalah kegiatan rutin yang dilakukan Pemerintah Daerah
dalam rangka memperingati Syawalan ini, sekaligus dalam rangka memajukan
pariwisata Jepara. berbagai rangkaian kegiatan resmi dilakukan, mulai
dari malam sebelumnya dengan menggelar Wayang Kulit. Keesokan harinya
pada tanggal 8 Syawal dimulai dengan kegiatan "Ritual Larung Kepala
Kerbau" di Laut Jawa, dilakukan di Pantai Kartini - Jepara. Dengan
mempergunakan Kapal Ferry yang biasa digunakan sebagai transportasi
Jepara - karimunjawa, seluruh rombongan Pejabat, Tamu Undangan, dan
Media membawa "sesajen" kepala kerbau ke tengah laut, kemudian
"dihanyutkan" (Jawa: dilarung) bersama-sama sesajen lain dan
diperebutkan oleh masyarakat sekitar yang mengikuti kapal ferry tersebut
menggunakan perahu.
Setelah ritual larung, kembali menuju Pantai Kartini dan selanjutnya
adalah arak-arakan gunungan kupat dan lepet, untuk tahun ini hanya ada
dua gunungan saja. Rangkaian acara dimulai dengan sambutan kemudian
penampilan seni tari dan doa bersama, memaknai arti dari lebaran itu
sendiri. Puncak dari pesta lomban ini adalah dengan dibukanya tutup
gunungan kupat - lepet dan diperebutkan oleh pengunjung dan warga Pantai
Kartini.
Untuk di beberapa daerah kecamatan lainnya, masyarakat biasa menggelar
berbagai macam hiburan rakyat. Karena tahun ini bertepatan dengan
dekatnya Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, event ini juga tidak lepas
dalam rangka memperingati 17an, seperti Panjat Pinang, Wayang Kulit,
sampai dengan orkes dangdut.
2. Kupat - Lepet
Kupat dan Lepet adalah makanan khas yang disajikan pada saat Lebaran
Syawal ini. Untuk daerah di Indonesia yang tidak memiliki budaya
Syawalan ini, kupat bersama dengan opor ayam selalu disajikan pada saat 1
Syawal. Untuk daerah seperti Jepara, Demak, Solo, dan beberapa daerah
di Jawa lainnya yang memiliki tradisi Lebaran Syawalan jangan harap
menemukan Kupat pada tanggal 1 Syawal ini. Masyarakat baru ramai-ramai
membuat dan pasar tradisional pun mulai menjajakan bungkus kupat ini
menjelang 8 Syawal.
Pada lebaran kedua ini, kupat dan lepet beserta opor ayam akan
dibagi-bagikan kepada tetangga dan saudara terdekat. Saling kirim dan
saling menerima sehingga memberi makna saling memberi dan saling
memaafkan.
- Kupat adalah makanan terbuat dari beras yang diisikan pada wadah berbentuk jajaran genjang, terbuat dari anyaman janur/daun kelapa muda, kemudian ditanak beberapa waktu hingga matang. Sama seperti proses pembuatan lontong, bedanya hanya media pembungkus yang digunakan, kalau lontong adalah daun pisang.
Makna dari Kupat adalah:
- Dibungkus dengan janur, memberi arti "sejatine nur" (Jawa: Cahaya Sejati) berbentuk segi empat jajaran genjang menyerupai hati manusia. Maknanya adalah "Hati yang dipenuhi Cahaya Sejati".
- Kupat artinya "ngaku lepat, kula ingkang lepat" (Jawa: Mengaku salah, Saya yang memiliki kesalahan). Kupat disajikan bersama Opor, memberi makna "nyuwun sepuro" (Jawa: Minta maaf), jadi memberi makna bahwa mengakui memiliki kesalahan dan mendahului dengan memohon maaf.
- Lepet adalah makanan terbuat dari ketan dan kelapa, kadang-kadang ditambahkan dengan kacang tanah, dibungkus juga dengan janur tetapi cara membungkusnya berbeda degan kupat. Janur dilipat secara memanjang dimana adonan ketan diletakkan di tengah-tengahnya, kemudian diikat dengan tali bambu secara melingkar.
Makna dari Lepet adalah:
- Lepet memberi makna "mangga dipun silep ingkan rapet" (Jawa: mari disimpan/dikubur dengan rapat-rapat).
- Dibungus menyerupai mayat dan diikat laksana kafan (pembungkus mayat), memberi makna bahwa ketan itu lengket dan dierat dengan tali persaudaraan, agar kesalahan tidak menjadi dendam sampai mati.
Secara bebas dimaknai dari Kupat-Lepet ini adalah "Mengakui segala kesalahan dan memohon maaf, kemudian mengubur kesalahan tersebut dalam-dalam untuk tidak diulangi dengan hati yang bersih, agar persaudaraan semakin erat, tidak ada dendam hingga ajal menjelang".
Tentang Tradisi Syawalan
Namanya tradisi dan kebudayaan, kita tidak tahu kapan dimulainya tradisi
syawalan ini. Beberapa literatur yang pernah dibaca dan referensi
lainnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Syawalan bukan hal yang diajarkan dalam Islam, ini merupakan kebudayaan masyarakat Jawa.
- Kupat-Lepet sudah ada sebelum Islam masuk ke Nusantara, diyakini sudah ada pada masyarakat Hindu. Dimana kupat-lepet ini dijadikan berbagai sesaji dan ritual keagamaan lainnya dalam rangka perkawinan, membangun rumah, pindah rumah, sedekah bumi, dan ritual keagamaan/kepercayaan lainnya.
- Dalam rangka menyiarkan agama Islam, dimulai dari Para Wali Songo, berbagai kegiatan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dimasukkan unsur-unsur syiar Islamnya. Sehingga masyarakat Hindu dan Animisme pada saat itu tidak serta merta menolak Syiar Islam karena mengakomodir adat istiadat mereka, ini adalah salah satu cara yang ditempuh oleh Para Wali Songo untuk menarik masyarakat dateng dan menghadiri kegiatan kemudian disisipi dengan Syiar Islam.
- Sedagkan tradisi "Lebaran Kupatan" atau "Lebaran Kedua" atau "Lebaran Syawalan" kenapa jatuh pada tanggal 8 Syawal? Hal ini didasari bahwa, setelah menjalani Puasa Ramadhan selama sebulan penuh, dilanjutkan dengan Puasa Syawal 6 hari lamanya, untuk tanggal 1 Syawal tidak diperkenankan (haram) sehingga puasa syawal dimulai dari tanggal 2 Syawal dan berakhir 7 Syawal, maka tanggal 8 Syawal seluruh kewajiban sudah diselesaikan dan lebaran lagi.
- Tetapi secara umum dewasa ini, penunaian puasa syawal sudah sangat jarang dilakukan pada tanggal 2 hingga 7 Syawal tersebut, masyarakat Indonesia masih terbawa suasana lebaran 1Syawal dengan berkumpul bersama dengan keluarga dengan berbagai macam aneka makanan. Puasa syawal dilakukan biasanya setelah berbagai agenda libur lebaran selesai dan sudah memasuki rutinitas kembali seperti biasa, selama masih bulan Syawal maka puasa Syawal ini masih dapat dilakukan.
Hiruk Pikuk Masyarakat dan Pengunjung Di Pantai Kartini Pada Saat Pesta Lomban
Hiburan Dangdutpun tidak lepas, sambil menanti rombongan Puncak acara Pesta Lomban
Gunungan Kupat-Lepet, hanya ada dua gunungan, itupun minim sekali kupat
dan lepetnya, tampak hanya kelihatan besar gunungannya saja, tidak
seperti kalau gunungan pada Keraton Yogyakarta dan Solo dimana dipenuhi
oleh makanan dan buah-buahan. Seandainya dibuat lebih banyak lagi
gunungannya akan tambah meriah dan menghibur masyarakat tentunya.
Upacara resmi Pesta Lomban, Sambutan.
Doa bersama sebelum dibukanya gunungan kupat-lepet.
Masyarakat berebut kupat-lepet begitu tutup gunungan "sesaji" dibuka.
Diseluruh obyek wisata di Jepara dipenuhi oleh pengunjung seperti ini
dan menjadi sumber pendapatan asli daerah potensial tentunya.
Sumber: raddien.com
0 komentar:
Posting Komentar