Pada 24 Agustus tahun 79, Gunung Vesuvius meletus dahsyat. Awan panas,
batuan dan abu membara menghujam ke dua kota, Pompeii dan Herculaneum.
Tragisnya, justru abu itu mengabadikan saat-saat terakhir para
penduduknya.
Sekitar 1.600 tahun kemudian, secara
tak sengaja keberadaan Pompeii ditemukan. Penggalian arkeologis
menemukan jasad-jasad manusia yang diawetkan oleh abu, dengan segala
pose. Menguak jalanan beku, tempat pelacuran yang dipenuhi fresko
erotis, dan banyak bukti peradaban kala itu. Ini sekaligus menjadi
pelajaran, sepandai-pandainya manusia, ia bisa takluk oleh alam.
Baru-baru ini ilmuwan kembali menguak rahasia Pompeii. Salah satunya
keberadaan jejaring sosial kuno mirip Facebook masa kini. Bedanya,
pesan-pesan itu terukir di dinding-dinding rumah penduduk.
Di permukaan dinding, orang-orang menggoreskan pesan atau menulis dengan
arang, di antaranya salinan kutipan sastra atau berbalas salam antar
teman.
Analisis terbaru juga menguak keberadaan pesan kampanye para kandidat
politik yang ingin meraup suara. Yang terutama mengincar dinding rumah
megah orang-orang kaya.
"Setiap calon bisa memilih lokasi manapun dan memasang iklan mereka
dengan cara melukisnya di dinding," kata arkeolog University of
Helsinki, Eeva-Maria Viitanen kepada LiveScience, seperti dilansirSudan
Vision Daily, Senin (14/1/2013). "Bagian depan rumah-rumah pribadi dan
bahkan jalan didepan mereka dikuasai dan dikelola oleh pemilik rumah."
Iklan politik
Untuk mempersempit studi para peneliti fokus pada dua area pemukiman di
sisi berbeda, dan satu kawasan bisnis. Ditemukan lebih dari 1.000 pesan
politik di dinding-dinding rumah. Kebanyakan dari tiga abad terakhir
sebelum Pompeii musnah. Kebanyakan adalah pesan sederhana, hanya berisi
nama dan kantor tempat kandidat bekerja. "Kadang ditambahi atribut,
seperti "orang baik" atau "layak jadi pejabat"," kata Viitanen. Ada juga
salah satu kandidat berkoar soal kemampuannya memanggang roti.
Iklan lain diketahui disponsori oleh kelompok-kelompok pendukung calon
tertentu, termasuk organisasi pencopet, pemabuk larut malam, dan pencuri
kecil-kecilan. "Membuat kita bertanya-tanya apakah kandidat mereka
benar-benar layak dipilih," ujar Viitanen.
Para peneliti menduga, para politisi menginginkan banyak orang membaca iklannya.
Kampanye mereka hampir selalu ditemukan di wilayah bisnis. Demikian
dilaporkan Viitanen di pertemuan Archaeological Institute of America di
Seattle, Amerika Serikat.
Yang kedua, yang lebih mengejutkan, ahli menemukan bahwa tempat paling
populer untuk iklan adalah rumah-rumah pribadi orang kaya, daripada bar
atau toko-toko yang didatangi banyak pengunjung.
Sekitar 40 persen dari iklan berada di rumah bergengsi. Jelas kandidat
bersaing mendapat ruang beriklan di rumah orang kaya. Namun belum jelas
mengapa rumah megah orang berduit itu jadi lokasi favorit.
Buang hajat di ruang atas
Penelitian lain terkait Pompeii juga dilakukan Kate Trusler, kandidat
doktor antropologi dari University of Missouri. Penelitiannya
mengungkap, penduduk kota itu naik ke lantai atas untuk buang hajat.
Hal tersebut disimpulkan dari keberadaan pipa vertikal. "Kami menemukan
23 toilet di lantai atas yang terkait dengan pipa-pipa di bawah.
Peneliti sebelumnya yang bekerja di
Pompeii sering menyatakan bahwa ada toilet di hampir setiap rumah. Namun
hanya rumah-rumah di Kawasan 6 -- sebutan para arkeolog - yang
ditemukan memiliki toilet. Atau hanya sekitar 43 persen jumlah
keseluruhan toilet. Lainnya hanya ditemukan pipa-pipa vertikal dari
lantai atas yang hancur akibat letusan Vesuvius.
Keyakinan para ahli diperkuat adanya jejak feses dan parasit usus manusia di pipa-pipa vertikal tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar